Postingan

Dalam Kultur Batak, Ular Bukan Mahluk Jahat

Gambar
  Penggambaran Nagapadoha dalam buku kulit kayu Batak (Foto: pmpsnews.blogspot.com) Manguloki.  Lae-lae ulok .  Dua ungkapan bahasa Batak modern itu menceminkan hewan   ulok ,  ular sebagai mahluk jahat, licik.   Manguloki,  meniru perilaku licik ular, dikenakan pada seseorang yang bertutur manis tapi sebenarnya sedang menipu atau berbohong demi keuntungan sendiri.  Istiilah populernya sekarang, mengkadali (kata dasar: kadal).  Lae-lae ulok , begitu pula. Mengaku lae,  ipar, demi mendapatkan keuntungan dari status itu.  Dalam masyarakat Batak Toba,  lae  atau saudara laki-laki istri tergolong sebagai hula-hula  (pihak pemberi istri) yang wajib hukum adatnya untuk dihormati, disungkun.  Dengan menyebut diri lae , seseorang ingin secara licik memetik manfaat dari lawan interaksinya yang diposisikan sebagai boru (pihak penerima istri). Sebab ada umpasa , pepatah " durung do boru tomburan hula-hula ", boru  adalah tangguk ikan dan hula-hula adalah piring